PERUMUSAN NDP
Latar Belakang Lahirnya NDP
Ketika itu
sebetulnya pemerintah Amerika sudah lama melihat potensi HMI (Duta
Amerika di Indonesia). Mereka sudah tahu situasi politik di
indonesiapada zaman orde lama, ketika Bung Karno mempermainkan atau
sebetulnya boleh saja dikatakan melakukan politik devide et
impera,antara komunis dan ABRI terutama AD. Bagaimana AD itu sangat
banyak bekerja sama dengan kita. Ini banyak dibaca oleh pemerintah
seperti Amerika. Dan karena itu banyak sekali pendekatan-pendekatan
orang-orang kedutaan Amerika itu ke PB HMI. Sebtulnya sudah lama mereka
menginginkan supaya ada tokoh-tokoh HMI yang melihat-melihat amerika,
tetapi memang waktu itu belum banyak orang yang bisa berbahasa inggris,
sehingga saya ( Nurcholis madjid) menjadi orang yang mendapat kesempatan
itu.
Kunjungan saya ke Amerika, sesuai dengan undangan, hanya
berlangsung satu bulan seminggu. Sistemnya emua dijamin; ada uang harian
uanag perdien. Waktu itu Dolar belum inflasi; sehingga uang yang saya
peroleh cukup besar,dan saya tentu bisa menghemat. Uang inilah yang saya
pergunakan untuk keliling ketimur tengah.
Waktu saya hendak
keAmerika, saya merasa ogah-ogahan. Akan tetapi biarlah barang kali dari
amrika saya bisa ke Timur Tengah. Oleh karena itu,biarpun di Amerika,
saya sudah kontak dengan orang-orang dari Timur Tengah, yang kelak
ketika saya ke Timur Tengah memang banyak sekali yang menolong saya.
Kunjungan saya ketimur tengah saya mulai dari Instanbul, kemudian ke
Libanon. Waktu itu tentu saja Libanon masih Aman. Lalu saya ke Syiria,
kemudian Irak, sehingga baru pertama kalinya saya ketemu Abdurrahman
Wahid (Gusdur ). Dia yang menyambut dan yang menorganisir teman-teman
Indonesia untuk menemani dan membantu saya.
Ahmad Wahib dalam
bukunya Pergolakan pemikiran Islam yang sangat kontroversial itu menulis
bahwa saya dalam tahun 1968 diundang untuk mengunjungi
Universitas-universitas di Amerika yang waktu itu merupakan pusat-pusat
kegiatan mahasiswa. Dan kepergian saya ke Amerika itu mengubah banyak
sekali pendirian saya, begitu kata Wahib dalam bukunyaitu, maaf saja,
itu tidak benar. Jadi disini Ahmad Wahib salah memang perlawatanya yang
di mulai dari Amerika itu banyak sekali mempengaruhi saya, tetapi bukan
pengalaman di Amerika itu yang mempengaruhi saya, melainkan justru
keTimur Tengah.
Pokoknya dari semua tempat itu (Timur Tengah)
saya mengadakan diskusi macam-macam. Dan konklusinya begini; saya kecewa
terhadap tingkat intelektualitas kalngan islam di Timur Tengah saat
itu. Sehinggga saya lalu ingat Buya Hamka, ketika suatu saat Buya hamka
minta izin kepada K.H. Agus Salim untuk pergi ke Timur Tengah, belajar.
Jawab K.H. Agus Salim seperti yang dimuat dalam Gema Islam dahulu dan
sebagainya, “Malik, kalau kamu mau pergi ke Mekkah atau Timur Tengah,
boleh saja. Kamu akan fasih berbasa Arab barangkali. Tetapi
paling-paling kamu akan jadi lebai,kalau pulang. Tetapi sebaliknya kalau
kamu mau mengetahui islam secara intelek, lebih baik disini. Belajar
sama saya”. Dan saya setuju dengan pendapat K.H. Agus Salim itu.
Padahal disini, di indonesia, kita sudah bergumul dengan marxisme,
dengan macam-macam disini. Indonesia adalah tempat bergumulnya ideologi
yang paling seru pada zaman orde lama, dan kita survive. Kita sudah
biasa berdialog dengan orang-orang komunis dengan forum-forum mereka,
bukan foru-forum kita. Oleh karena itu kita lebih banyak terlatih dari
pada orang-orang yang saya temui dinegara-negara Timur Tengah berkenaan
dengan cara melihat apa yang paling relevan dalam islam ini yang harus
kita kembangkan. Sampai-sampai waktu di Riyad, dengan Dr. Mahmud Syahwi
namanya, salah seorang tokoh Ikhwanul Muslim, ketika saya merasa jengkel
dengan kekecewaan saya, saya bilang begini saja, “Dari pada anda
kuliahi saya dengan macam-macam yang tidak masuk akal saya, lebih baik
anda kasih saya bahan bacaan yang menurut anda paling penting dan kalau
saya membacanya saya dapat jawaban.”. lalu saya diberi buku yang
berjudul majmu rasail Hasan Al-bana, kumpulan tulisan Risalah-Risalah
Hasan Al-Bana, yang waktu itu adalah nuku terlarang di Saudi Arabia.
Buku nitu diberikan kepada saya , sambil mewanti-wanti, “jangan sampai
ketahuan orang saudi, karena kalau ketahuan, Saudara akan mengalami
kesulitan, ditahan dan sebagainya”. Akan tetapi saya senang sekali
menerima buku itu dan kemudian saya baca.
Waktu di Mekkah saya
menggunakan waktu paling banyak dua minggu, saya baca semuanya. Akan
tetapi maaf sja, saya tidak mendapat kelebihan dari tulisan-tulisan
orang itu. Jadi isinya itu slogan-slogan loyalistik. Bukan pemecahan
masalah. Kemudia di Mekkah saya berusaha untuk mengkhatamkan al-Quran
dengan terjemahan Bahasa Inggris untuk pengecekan. Kemudia setelah
melakukan diskusi tadi, saya lihat beberapa hal yang relevan untuk kita.
Sampai sekarang al-Qur’an iu saya simpan dan saya coreti dengan
komentar-komentar saya.
Kemudian saya ke Sudan dan pulang. Da
ketika mendengar janji Menteri pendidikan saudi Arabia menawarkan untuk
Naik Haji sebelumnya itu saya memang di ingatkan oleh Dr.Mustafa, orang
di ibukota Riyad itu. “Ini janji Arab”, katanya. “oleh karena itu, anda
harus rajin menagih”. Jadi, ketika sampai di Mekkah, saya mengirimkan
surat. Saya sampai dimadinah, juga begitu. Dan akhirnya
alhamdulillah,terealisir. Akhir januari 1969 saya pulang keindonesia
untuk kemudian sibuk untuk merealisir janji dari menteri pendidikan
Saudi itu untuk naik haji yang waktu itu jatuh bulan maret. Berarti
Cuma ada waktu satu bulan, jadi habislah waktu saya untuk menyiapkan
teman-teman naik haji.
Setelah pulang dari haji, saya ingin
menulis sesuatu Nilai-Nilai Dasar Islam. Seluruh keinginan saya untuk
bikin NDP saya curahkan pad bulan April, untuk bisa dibawa ke malang
pada bulan Mei. Jadi NDP itu sebetulnya merupakan kesimpulan saya dari
perjalanan yang macam-macam di Timur Tengah selama tiga bulan lebih itu.
Begitulah singkatnya cerita. Namanya saja NDP, Nilai-Nilai Dasar
Perjuangan. Tentu saja bahanya itu macam-macam. Mengapa namanya
NDP.....????. sebtulnya teman-teman pada waktu itu dan saya sendiri
berfikir untuk memberikan nama NDI, Nilai-Nilai Dasar Islam, akan tetapi
setelah saya berfikir, klau disebut Nilai-Nialai Dasar Islam, maka
klaim kita akan terlalu besar. Kita terlalu mengklaim, inilah
Nilai-Nilai Dasar Islam. Oleh karena itu, lebih baik disesuaikan dengan
aktivitas kita sebagai mahasiswa. Lalu saya mendapat ilham dari beberapa
sumber. Pertama adalah Willy Eicher, seorang ideolog Partai Sosial
Demokrat jerman yang membukin buku, The Fundamental Values and Basic
Demand of Democratis Socialism. Nilai-Nilai Dasar dan
Tuntutan-tuntutan Asasi Sosialisme Demokrat. Nah, ini ada “ nilai-nilai
dasr”. Kemudian “Perjuangan”-nya dari mana ???? dari karya Syahrir
mengenai ideologi sosialisme Indonesia yang temuat dalam Perjuangan
Kita. Dan Syahrir ternyata juga tidak tidak orisinal. Dia agaknya telah
meniru dari buku Hitler, Mein Kamf. Jadilah Nilai-nilai Dasar Perjuangan
(NDP) itu. Kemudian saya bawa ke Malang, ke Kongres IX, Mei 1969.
tetapi disana tentu saja agak sulit dibicarakan karena persoalanya
begitu luas hingga tidak mungkin suatu kongres membicarakannya. Lalu
diserahkan kepada kami bertiga; Saudara endang Saefudin Anshari, Sakib
Mahmud dan saya sendiri. Nah, itulah kemudian lahir NDP, yang namanya
diubah lagi oleh Kongres ke 16 HMI menjadi NIK ( Nilai Identitas Kader).
Beriman, Berilmu, Beramal ( Inti NDP )
Kalau teman-teman melihat NDP, tentu saja dibagi-bagi menjadi
beberapa bagian. Yang pertama “ Dasar kepercayaan”, Kemanusian”, “
Kemerdekaan Manusia”, “ Ikhtiar dan takdir”. Ini tentu saja banyak
sekali unsur dari tulisan H. Agus Salim; Filsafat tentang Tauhid, Takdir
dan Tawakal, misalnya kemudian “ Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Prikemanusiaan”, lalu “ Individu dan Masyarakat”, “ Keadilan Sosial dan
Keadilan Ekonomi”, “ Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan”, lalu kesimpulan
dan penutup. Saya tidak akan menerangkan semua isi NDP. “Dengan demikian
sikap hidup man usia menjadi sangat sedarhana. Yaitu beriman, berilmu,
beramal”.
Hidup beriman, tentu saja personal, pribadi
sifatnya. Setiap manusia itu harus menyadari,tidak bisa tidak, harus
punya nilai. Oleh karena itu iman adalah primer. Iman adalah segalanya.
Oleh karena iman disitu adalah sandaran nilai-nilai kita. Ini kemudian
diungkapkan secara panjang lebar dalam dasar-dasar kepercayaan. Disitu,
misalnya kita menghadapi satu dilema,satu dilema pada manusia,yang
dikembangkan dalam syahadat la illaha ilallah. Tiada tuhan selain allah.
Disini kita bagi dalam dua, nafyu dan itsbat. Artinya negasi dan
afirmasi. Jadi tidak ada Tuhan melainkan Allah. Manusia itu tidak
mungkin hidup kecuali kalau mempunyai kepercayaan. Akan tetapi kalau
terlalu banyak yang dipercayai, akan menjerat manusia itu sendiri,dan
tidak akan banyak membuat kemajuan. Oleh karena itu dari sekian banyak
kepercayaan harus disisakan yang paling benar, yaitu laa ilaaha
illa-Allah ini.
Kemudian, berilmu, karena perjalanan menuju
Allah ini, meskipun mengikuti al-shirot al-mustaqim dan berhimpit dengan
hati nurani kita, tapi disitu ada masalah perkembangan. Oleh karena itu
harus berilmu,harus bermujahadah. Jihad atau mujahadah di sini ada
kaitanya dengan ilmu pengetahuan. Semua itu tentu saja tidak mempunyai
arti apa-apa, sebelum kita amalkan ,kita wujudkan dalam amal perbuatan
itu. Maka dari itu ideologi misalnya, tidak bisa menjadi mutlak.
Titik berat argumen dalam NDP sebetulnya demikian. Di dalam NDP kita
tidak berbicara mengenai bagaimana orang sholat, bagaimana orang zakat
dan sebagainya, tetapi kita membatasi pembicaraan kepada hal-hal
prinsipil dan strategis, yaitu nilai-nilai dasar yang akan lansung
mempengaruhi cara berfikir kita, pandangan hidup kita.
ISLAM , IMAN DAN ILMU
Islam
Islam seringkali didefinisikan sebagai agama yang dibawa oleh nabi
Muhamad SAW untuk disampaikan kepada manusia dalam rangkai mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Orang yang memeluknya disebut
muslim. Definisi ini tidak salah walaupun tidak seluruhnya benar.
Dikatakan demikian karena definisi tersebut masih mengandung beberapa
pertanyaan yang cukup sulit untuk dijawab, terlebih jika di hubungkan
dengan firman Allah SWT, sesungguhnya agama yang di ridhai Alloh adalah
agama Islam (Q.S. Ali- Imran [3]: 19 ). Ayat berikutnya adalah, Siapa
yang mencari agama selain islam, maka tidak akan diterima (Q.S.
Ali-Imran [3]: 58 ).
Dari penjelasan diatas, muncul pertanyaan,
bagaimanakah agama-agama yang hadir sebelum kedatangan Nabi Muhamad SAW
? pertanyaan yang sama juga dapat diajukan, bagaimanakah agama-agama
lain yang berkembang saat ini ? di indonesia ada beberapa agama yang di
akui secara resmi seperti Islam,Kristen Katolik,Protestan, Hindu, Budha,
Konghucu dan aliran kepercayaan. Apakah mereka yang tidak memeluk
Islam, menjadi kafir dan selanjutnya akan dimasukan kedalam neraka.
Pertanyaan yang cukup menggelitik adalah ,jika pertanyaan diatas
dijawab dengan kata “benar” betapa banyak manusia yang akan masuk
kedalam neraka karena lebih dari separoh penduduk bumi ini memeluk agama
selain islam? Bukankah islam hanya menjadi agama kedua didunia ini dari
segi kuantitas?
Sebenarnya pertanyaan diatas dapat
diselesaikan jika kata mampu menangkap makna dasar islam dan tidak
memposisikanya sebagai sebuah institusi atau menyamakan agama dengan
sebuah organisasi. Setelah itu barulah kita melakukan penulusuran
terhadap makna islam sendiri.
Menelusuri makna islam dalam
al-Qur’an,kita akan menemukan bahwa islam bukanlah semata-mata sebuah
agama yang dibawa oleh Nabi Muhamad SAW seperti yang telah disebut
diatas,melainkan islam merupkan ajaran Tuhan yang universal, disampaikan
kepada seluruh mahluk dengan perantaraan para nabi dan Rasul, sesuai
dengan tempat dan masa tertentu. Islam sebagai sikap pasrah dan tunduk
sepenuhnya kepada Allah. Al-Qur’an juga meninformasikan bahwa seluruh
nabi mengajarkan islam. Nabi Nuh mengajarkan Islam (QS Yunus [10]: 72),
Nabi Ibrahim pun membawa ajaran islam dan mewariskan ajaran itu kepada
anak keturunannya,termasuk kepada anak turunan Ya’kub atau Isra’el QS
Al-Baqarah [2]: 130-132).
Sesungguhnya tepat,apa yang dikatakan
oleh Ibnu Taymiyyah seperti yang dikutip Cak Nur, bahwa agama semua
Nabi adalah satu, yaitu islam, meskipun syariatnya berbeda-beda sesuai
dengan zaman dan tempat khusus masing-masing Nabi itu. Ibnu Taymiyyah
juga menuliskan sebuah hadist Nabi menyatakan bahwa, “para nabi itu
bersaudara satu ayah lain ibu......jadi agama mereka adalah satu. Yaitu
ajaran beribadat hanya kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa yang tiada
padanan bagi-Nya.
Berkenaan dengan ini Nurcholis Madjid sering menyatakan bahwa :
“
Islam itu universal. Pertama-tama karena islam sebagai sikap pasrah dan
tunduk kepada Allah,sang Maha Pencipta, adalah pola wujud (mode of
eksistence) seluruh alam semesta. Dalam bahasa yang lebih tegas,seluruh
jagad raya aadalah satu wujud eksistensi ketundukan dan kepasrahan
(ber-Islam) kepada Tuhan, baik yang terjadi secara dengan sendirinya
(keterpaksaan) ataupun karena sukarela dan pilihan sadar”.
Jika
demikian sebenarnya islam sebagi ajaran yang universal bagi alam semesta
yaitu, sikap pasrah dan tunduk klepada Tuhan, dapat dilihat kepada tiga
bentuk. Pertama, islam sebagai ajaran Tuhan kepada alam semesta karena
alam semesta dengan seluruh isinya telah ber-islam, yaitu sikap yang
pasrah yang total dan tunduk kepada Sang Maha Pencipta. Kedua, Islam
adalah “agama” kemanusiaan sejagad. Ketiga, Islam sebagai “agama”
sekalian Para nabi, karena sesungguhnya seluruh Nabi mengajarkan sikap
pasrah dan tunduk kepada Tuhan walaupun cra dan jalan yang ditempuh itu
berbeda-beda.
Sampai disini, sejatinya pengertian islam harus
dipahami dalam makna generiknya, yaitu sikap pasrah dan tunduk kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini, tidaklah tepat jika islam dibatasi
hanya untuk agama yang dibawa oleh Nabi Muhamad SAW.
Iman
Dalam kitab suci al-Qur’an dapat diketahui dengan pasti bahwa ternyata
tidak cukup seseorang disebut beriman hanya karena di “percaya” akan
adanya Allah atau Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Ini dapat di
simpulkan, misalnya, dari firman Allah, “Dan jika engkau (Muhamad)
bertanya kepada mereka (kaum musrik), siapa yang menciptakan langit dan
bumu? Pasti mereka akan menjawab Allah. Maka bagaiman mereka dapat
terpalingkan (dari kebenaran)”? (QS. Al-Zukhruf/43:87).
Jelasnya bahwa iman bukan hanya sekedar percaya,apalagi kepercayaan yang
tidak memiliki konsekuensi. Syetan atau iblis sebenarya percaya kepada
Allah, malah mereka lebih dahulu “mengenal” Allah. Sayangnya iblis tidak
siap menerima konsekuensi dari sikap percaya itu, sehingga sanggup
membangkang terhadap Allah untuk sujud pada Adam. Jika demikian
sebenarnya masaalah iman adalah masalah hati yang sangat privat. Para
ulama ketika ditanya dimana tempat iman ? mereka menjawab tempatnya
didalam hati (mahalluha fi al-qalb). Beriman pada hakekatnya adalah
menempuh hidup percaya. Artinya orang yang beriman akan selalu
mengorientasikan hidupnya hanya kepada Allah SWT. Baginya Allah SWT
adalah asal(al-Awwal) sekaligus akhir (al-Akhir) dari segalanya.
Seseorang disebut beriman jika ia telah memenuhi tiga sendi iman.
Pertama, pengakuan lisan tentang keberadaan Allah sebagai Tuhan Yang
Maha Esa dan Muhamad sebagai Rasul Allah (Syahadatain). Keduia,
pembenaran dalam hati dan tidak boleh ada keragu-raguan. Ketiga,
pembuktian dengan amal perbuatan. Jika ketiganya terjalin secara
integral dalam diri seorang muslim maka barulah ia disebut beriman.
Dengan demikian sikap beriman, memiliki konsekuensi-konsekuensi
tertentu. Pertama, kesediaan untuk tunduk dan pasrah hanya kepada Allah
SWT dalam makna yang sebenarnya. Kedua, kesediaan untuk mematuhi segala
perintah-Nya dan menghindarkan diri dari segala larangaNya. Hasil dari
dua sikap ini akan melahirkan suatu semangat “kemerdekaan dan kebebasan
diri” dalam arti ia tidak akan pernah tergantung dan ditentukan oleh
selain allah SWT. Simbolisasi keimanan itu sendiri tersimpul dalam
kalimat, la ilaha illa Allah, yang bermakna tiada tuhan (dengan t kecil)
selain Tuhan (dengan T besar).
Iman yang benar sangat sangat
diperlukan, karena iman itu sendiri akan melahirkan tata nilai. Beriman
kepada Allah SWT akan melahirkan tata nilai berdasarkan ketuhanan yang
Maha Esa (rabbaniyah), yaitu tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran
bahwa hidup ini berasal dari Tuhan dan akan kemabali kepadaNya
(innalillahi wa inna ilaihi raji’un). “Sesunggunya kita berasal dari
Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan”. Maka dalam kepustakaan jawa,
seperti yang sering dijelaskan Cak Nur, Tuhan adalah Sangkan Paran (asal
dan tujuan), hidup(hurip) seluruh makhluk (dumadi)
Ilmu
“.......Allah mengangkat mereka yang beriman diantara kamu dan
mereka yang diberi karunia ilmu-pengetahuan keberbagai tingkat
(derajat”, dalam bentuk jamak)” (QS. Al-Mujadalah/ 58:11). Firman
Illahi itu menegaskan bahwa janji keunggulan, superioritas dan supremasi
diberikan Allah kepada mereka yang beriman dan berilmu sekaligus. Iman
akan mendorong kita untuk berbuat baik guna mendapatkan ridha Allah,dan
ilmu akan akan melenkapi kita dengan kemampuan untuk menemukan cara yang
paling efektif dan tepat dalam dalam pelaksanaan dorongan untuk berbuat
baik.
IPTEK hanya dapat dikembangkan dengan etos ilmiah yang
tinggi. Keinginan untuk selalu meneliti dan mengkaji merupakan prasyarat
untuk berkembangnya ilmu. Ia memandang alam sebagi objek ilmu. Ia
memandang alam leih rendah (taskhir) dari dirinya. Ia harus memiliki
ambisi untuk menundukan alam, sehingga alam bisa takluk dan dikuasainya
dalam makna yang positif. Pada akhirnya munculah teori-teori ilmu yang
dari teori ini kita dapa melakukan rekayasa peradapan manusia.
Amal
Mempersembahkan karya-karya keilmuan dan hasil teknologi untuk
kemanusiaan adalah amal saleh yang sagat dihargai oleh Allah SWT. Lebih
jauh dari itu, setiap manfaat yang diambil manusia dari karya seseorang
sehingga benar-benar bermanfaat juga merupakan amal saleh.
Pentingya amal saleh dalam islam, menyebabkan amal saleh menjadi ukuran
diterima (maqbul) atau tidaknya (mardud) ibadah seseorang. Sebagai
contoh, orang yang sholat juga akan di masukan keneraka Wil, (ingat
surat al-ma’un) jika tidak tumbuh kepekaan sosialya baik terhadap anak
yatim dan orang miskin.
Perlu dicatat, amal shaleh mestilah
menjadi manivestasi dari iman dan ilmu. Disamping itu, amal saleh itu
haruslah memberikan kemanfaatan (maslahat) bagi orang lain dan
sebaliknya tidak boleh menimbulkan kemudharatan bagi orang lain.
Melakukan amal saleh tanpa didasarkan iman yaitu mencari ridha Allah
menjadi tidak berarti. Sama juga orang yang beramal saleh tanpa
pemahaman yang tepat dan hanya bertaklid (mengikut apa yang dikatakan
orang tua ,ulama, kyai) saja terhadap apa yang diamalkannya menjadi
tidak sempurna. Akibat lebih jauh sifat taklid (beramal tanpa ilmu)
merupkan satu sikap kontra prouktif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri.
Mengutip Cak Nur di akhir pembahasan
ini yang juga merupakan inti dari NDP, Bahwa “ hidup kita sebagai
manusia ,sebagi kader HMI sebenarnya cukup sedarhana, beriman, berilmu
dan beramal.
TUHAN
“ Tuhan yang telah menciptakan
tujuh susun langit, tidak akan kamu jumpai dalam ciptaan al-rahman ini
suatu cacatpun, cobalah selidiki ulang jika kamu menemukan suatu cacat.
Kemudian ulangi lagi penyelidikanmu itu kedua kalinya, sampai
pandanganmu kabur karena matamu klelahan ( mencari cacatnya)”.( QS.
Al-Mulk/ 67:3-4).
“Dia penguasa langit dan bumi, dia tidak
memerlukan anak,dan tak perlu baginya rekan dalam kerajaaNya itu, ia
menciptakan segalanya dan Dia yang memastikan setiap ketentuan”. (QS.
Al-Furqan / 25:2)
“ Allah telah menciptakan langit dan bumi
serta segala sesuatu yang terdapat diantara keduanya dalam enam masa,
kemudian Ia bersemayam diatas Arasy,tiada satupun yang laain dari
padanya akan dapat kamu harapkan lindungan dan bantuan, apakah kamu
tidamk memikirnya”.(QS. Al-sajadah /24:4).
Kutipan sebagian
ayat-ayat yang menjelaskan penciptaan alam diatas memberikan keyakinan
pada kita bahwa Allah SWT adalah pencipta langit dan bumi. Disadari
sepenuhnya bahwa filsafat ketuhanan hanya sampai pada kesimpulan bahwa
ada sesuatu kekuatan yang Maha mutlak,absolut, misterius yang
menciptakan alam ini, namun filsafat tidak akan sampai pada siapa yang
melakukanya. Informasi inilah yang kita terima melalui al-Qur’an yang
menyatakan, Katakanlah sesungguhnya Aku adalah Allah, maka sembahlah Aju
dan tegakkanlah sholat untuk mengingat-Ku.( QS. Taha / 20:14).
Membicarakan tentang ada atau tidak adanya Tuhan, kendati tetap perlu,
tetapi tidak begitu relevan bagi kita,terlebih kesadaran batin kita
sejak dulu telah menyatakan Tuhan itu ada. Yang paling penting untuk
didiskusikanya adalah,apa perlunya kita berTuhan secara benar dan apa
akibatnya jika tidak bertuhan atau mengakui tuhan tetapi tuhan yang
salah. Jangan-jangan bertuhan atau tidak bertuhan bagi kita sama aja !
Tauhid islam yang tersimpul dalam ungkapan la ilaha illa Allah
mengandung makna yang cukup dalam. Tauhid merupakan pandangan umum
tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang waktu, sejarah manusia dan
takdir. Pada intinya terletak prinsip-prinsip berikut ini :
Pertama, Dualitas : Realitas diri dari dua jenis, Tuhan dan bukan Tuhan,
Khaliq dan makhluk. Jenis pertama adalah realitas yang absolut. Kekal,
pencipta yang transeden. Dia selamanya mutlak dan tidak beresekutu.
Sedangkan jenis kedua adalah tatanan ruang, waktu, penciptaaan dan
pengalaman. Kedua realitas ini selamanya tidak dapat disatukan dan tidak
pula boleh dicampuradukan, karena keduanya berbeda baik dalam wujud
(ontologi) maupun eksistensinya. Kemurnian Tauhid akan dditentukan oleh
kemampuan manusia untukmenempatkan kedua realitas ini pada posisinya
masing-masing.
Kedua, Ideasionalitas : Hubungan antara kedua
realitas diatas adalah fakultas pemahaman. Sebagi tempat organ
penyimpangan pengetahuan, pemahaman mencakup seluruh fungsi gnoseologi,
seperti ingatan, kehayalan, penalaran, pengamatan, intuisi dan
kesadaran. Melalui anugrah inilah semestinya manusia mampu memahami
kehendak dan pola Tuhan terhadap alam, sehingga manusia berbuat sesuai
dengan kehendak Tuhan dan sesuai pula dengan puala (sunnatullah) yang
telah ditetapkan.
Ketiga, Teleologi : sifat kosmos adalah
teleologis yang berarti,bertujuan, melaayani tujuan penciptaanya, dan
melakukanya berdasarkan rancangan. Dunia tidak diciptakan sia-sia atau
untuk main-main. Dunia benar-benar kosmos suatu ciptaan yang
teratur,bukan chaos.
Keempat, Kapasitas manusia dan
keboleh-olahan alam : Kebebasan yang diberikan Allah SWT tetap dibarengi
dengan peunjuk-petunjuk (taklif) yang berguna bagi manusia dalam
mengaktualisasikan potensinya.
Kelima, Tanggung jawab dan
perhitungan. Manusia dibebani tugas untuk mengubah dirinya, masyarakat
dan alam agar sesuai dengan pola Ilahi. Modal terbesar yang dimiliki
manusia adalah kebebasan untuk mewujudkan kehendaknya. Konsekuensinya
adalah, manusia memiliki tanggung jawab.
Inilah sebenarnya inti
tauhid yang harus berfungsi sebagi pandangan hidup (weltanschhaauung).
Sebagi pandangan hidup tauhid semestinya mampu memberikan cara pandang
terhadap dunia dan kehidupan yang positif, dinamis, dan kreatif. Ini
penting karena cara pandang akan memberikan pengaruh pada
sikap,selanjutnya sikap akan mewarnai perilaku, perilaku itu sendiri
akan membentuk peradaban.
MANUSIA
Manusia Dalam Al-Our’an
Istilah basyar yang disebut 27 kali dalam Al-Qur’an memberikan
rerferent pada manusia sebagi makhluk biologis. Kata ini dirangkaikan
frasa mislukum sebanyak tujuh kali dan kata misluna sebanyak enam kali.
Pembuatan manusia yang dirujuk dengan istilah ini adalah makan,minum
berjalan-jalan dipasar, raut wajah dan bersetubuh. Ringkasan, konsep
basyar selau dihubungkan dengan perbuatan dan sifat biologis manusia.
Dari segi inilah barangkali kita seyogyanya memahami persamaan Rasul
dengan manusia.
Kata insan disebut sebanyak 65 kali dalam
Al-Qur’an dan istilah ini digunakan digunakan dalam kitab suci dalam
tiga konteks. Pertama, insan dihubungakan dengan keistmewaanya sebagai
Khalifah pemikul amanah. Kedua, Insan dihubungkan dengan predisposisi
negatif dalam dirinya. Ketiga, insan dihubungkan dengan proses
penciptaan manusia manusia. Kecuali katagori ketiga, semua konteks insan
merujuk pada sifat-sifat psikologis dan spiritual-intelektual.
Menarik untuk dianalisis proses penciptaan manusia astau asal kejadian
manusia itu dinisbahkan pada konsep insan dan basyar sekaligus. Sebagi
insan manusia diciptakan dari tanah liat, sari pati tanah. Demikian
pula, basyar dari kata tanah liat dan air. Ini menunjukan bahwa proses
penciptaan manusia menggambarkan secara simbolik karakteristik basyari
dan karakteristik insani. Menurut Yusuf Qardhawi, manusia adalah
gabungan dari kekuatan tanah dan hembusan Ilahi, yang pertama unsur
material dan yang kedua unsur rohani atau yang pertama unsur basyari dan
yang kedua unsur insani. Keduanya harus bergabung dalam keseimbangan,
“tidak boleh seorang muslim mengurangi hak-hak tubuh untuk memenuhi hak
ruh, dan tidak boleh pula mengurangi hak ruh untuk memenuhi hak tubuh”.
Demikaia kata Abbas mahmud al-Aqqad.
Term kunci yang paling
banyak dipakai Al-Qur’an adalah Al-nas yang disebut sebanyak 240 kali
dalam berbagai surah. Penyebutan Al-nas tampaknya mengacu kepada manusia
sebagai makhluk sosial. Dari segi jumlah, tampaknya al-Qur’an
mengisyaratkan pentingnya manusia sebagai makhluk sosial. Indikasi
manusia sebagai makhluk sosial dapat dilihat pada frasa yang digunakan
Al-Qur’an seperti ungkapan wa min al-nas (diantara manusia), Al-Quran
memperkenalkan tipologi kelompok. Ada manusia yang bertakwa,kafir dan
munafik. Disamping itu juga Al-Qur’an juga mengidentifikasi manusia
sebagai makhluk yang hanya memikirkan kehidupan dunia, berdebat tentang
Allah tanpa ilmu,petunjuk, memusuhi kebenaran dan banyak tipe-tipe lain.
Dari uraian diatas tampak bahwa Al-Quran memandang manusia sebagi
makhluk biologis, psikologis, intelektual, spiritual dan sosial.
Manusia sebagai basyar berkaitan dengan unsur fisik-material, hingga
pada keadaan ini manusia secara alami tunduk (muyassar) pada takdir
Allah sama tunduknya matahari, hewan, tumbuh-tumbuhan. Namun manusia,
meskipun cakupan takdir Ilahi, insan dan Al-nas diberi kekuatan untuk
memilih (ikhtiyar), sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang
dianugerahkan Allah kepadanya. Pada diri manusia ada prediposisi negatif
dan positif sekaligus. Menurut Al-Qur’an, kewajiban manusia untuk
memenangkan prediposisi positif. Ini bisa terjadi bila manusia tetap
setia pada amanah yang diembanya dan tidak memungkiri fitrahnya yang
suci.
Tahap Penciptaan Manusia
Berbicara mengenai
penciptaan manusia, Al-Qur’an menngunakan kata Khalaqa yang arti
pokoknya menciptakan atau membentuk. Kata khalaqa berarti, menciptakan
sesuatu yang baru tanpa ada contohnya terlebih dahulu. Khalaqa juga
mengandung pengertian adanya ketentuan dan keseimbangan. Dengan demikian
makna penciptaan (khalaqa) penciptaan dari ada menjadi tidak ada atau
penciptaan sesuatu yang baru dari sesuatu yang ada terlebih dahulu.
Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa penciptaan manusia itu melalui
beberapa tahap penciptaan manusia, (QS. Nuh /71:14 ) . menurut
penelitian Musa Asy’ari, ada empat tahap penciptaa manusia :
1. Tahap Jasad
Jasad diterjemaahkan dengan jims, tubuh dan badan. Para tafsir
menyatakan bahwa jasad terdiri dari darah dan daging. Jasad adalah
bentuk kasar manusia yang dapat diraba dan menempati ruang dan waktu.
Al-Qur’an menginformasikan bahwa jasad manusia tercipta dari tanah. (
QS. Al-Hajj /22:5 ). Penegasan Al-Qur’an bahwa manusia itu diciptakan
dari tanah menunjuk pada pengertian jasad dan oleh karena itu Al-quran
menyatakan bahwa jasadnya akan kembali ke tanah.
2. Tahap Hayat
Al-hayat atinya hidup,lawan katanya al-maut yang berarti mati.
Esensi dari makna hayat adalah bergerak. Jadi hakekat hidup adalah
bergerak, berubah atau dinamis.
3. Tahap Ruh
Kata ruh itu
berarti ar-rih (angin). Ar-ruh juga disebut dengan al-nafs, nafas atau
nyawa, terkadang juga diartikan dengan jiwa. Para ulama menyatakan bahwa
ruh adalah nafas yang berjalandiseluruh tubuh/jasad manusia. Jika ruh
itu keluar maka manusia tidak lagi bernafas.
4. Tahap Al-nafs
Pada hakekatnya al-nafs harus dipahami sebagai ” pribadi” atau
“keakuan”. Jika ada ungkapan al-nafs al-muthmainnah (jiwa yang merasa
tenang) dan al-nafs al-lawwamah (jiwa yang mengutuk) haruslah dipahami
dalam makna keadaan-keadaan, aspek-aspek,watak, kecendrungan dari
pribadi manusia. Al-nafs adalah totalitas diri manusia. Pernyataan “aku”
adalah ungkapan totalitas manusia. Jadi al-nafs disini harus dipahami
tidak dalam arti ruh, jiawa atau nafsu, melainkan dimaknakan sebagai
diri atau keakuan. Ini muncul setelah kelahiran manusia yang sempurna,
suatu bentuk yang muncul setelah tahap jasad, hayat dan ruh terpenuhi
yang pada akhirnya menjadi sebuah eksistensi. Dengan demikian, visi
pokok Al-Qur’an tentang manusia adalah kesatuan diri (dari jasad,hyat
dan ruh), kesatuan yang disebut dengan al-nafs, keakuan, merupakan
subjek kebudayaan.
Penggerak Tingkah Laku Manusia
Adapun
yang menggerakan tingkah laku manusia adalah, Pertama fitrah. Manusia
secara fitrah cenderung pada hanif ( cenderung pada kebenaran ).
Kecenderungan ini pada hakekatnya tidak dapat ditolak manusia.
Sekiranya ada manusia yang berbuat buruk, sebelum itu dilakukanya
sebenarnya ia telah melakukan peperangan dalam batin dengan sendirinya.
Kedua ,syahwah. Dalam bahasa arab syahwah berarti menyukai atau
menyenangi. Jika dihubungkan dengan manusia maka syahwah berarti
kerinduan nafs terhadap apa yang dikehendaki.
Ketiga, Hawa. Dalam bahasa arab al-hawa bermakna kecenderungan manusia kepada syahwat dalam makna negatif.
Persoalan inilah yang menjadi perhatian ilmu tasawuf. Logika yang
digunakan,apabila manusia dapat membersihkan kecenderungamn negatif
dalam dirinya maka dampaknya akan terlihat pada tingkah lakunya
sehari-hari. Ia akan memperlihatkan perbuatan baik sehingga pada
giliranya ia mampu menunjukan sifat-sifat tuhan dala dirinya. Jika
manusia dapat meraih kondisi ini maka mereka disebut Insan Kamil.
Menuju Insan Kamil
Secara etimologis insan kamil berarti manusia sempurna (perfect
man). Dalam pengertian terminalogisnya seperti yang berkembang dalam
ilmu tasawuf, insan kamil dipahami seagai manusia yang telah dapat
mencerminkan nama-nama dan sifat-sifat Tuhan secara sempurna. Karena itu
Tuhan dapat melihat citra diriNya secara utuh. Peringkat ini dapat
dicapai seseorang setelah dirinya menjadi manifestasi sempurna dari
hakekat Muhamad sebagai wadah tajalli (penampakan) Tuhan yang paripurna.
Proses menjadi insan kamil memiliki tahap tersendiri. Sesorang
yang ingin menjadi insan kamil harus memulai berusaha mengikuti secara
teliti kehidupan nabawi dan mengaktualisasikannya dalam kehidupanya
sehari –hari. Lahirnya insan kamil, menurut Iqbal melalui tiga tahap.
Pertama, ketaatan pada hukum. Kedua, penguasaan diri sebagai bentuk
tertinggi dan kesadaran diri tentang pribadi. Ketiga, tentang
kekhalifahan Ilahi.
INDIVIDU DAN MASYARAKAT
Individu didefinisikan sebagi totalitas kemanusiaan atau yang disebut
“keakuan”, maka masyarakat dapat didefinisikan sebagai sekolompok
manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi tertentu,
konvensi dan hukum tertentu yang sama an hidup bersama. Hidup bersam
abukan berarti sekelompok orang mesti hidup berdampingan disuatu daerah
tertentu, memanfaatkan iklim yang sama, dan mengkonsumsi makanan yang
sama. Yang paling adalah bagaiman manusia dapat hidup bersama dalam
sebuah kehidupan yang bersifat sosial.
Persoalanya adalah
bagimana hubungan individu dan masyarakat. Masalah initelah dikaji oleh
Murthada Muthahhari dalam bukunya Sosieti and History yang telah
diterjemaahkan menjadi masyarakat dan sejarah.
Menurut Murthada
Muthahhari, ada empat model tentang hubungan individu dan masyarakat.
Pertama, masyarakat terdiri atas individu-individu dan ini hanyalah
suatu sintesis tak sejati. Kedua, merupakan suatu senyawa bentukan.
Artinya, masyarakat tidak dapat dipisahkan dari individu-individu
karena keduanya berhubungan erat. Ketiga, masyarakat suatu senyawa
sejati,sebagaimana senyawa-senyawa alamiah. Keempat, masyarakat adalah
senyawa sejati lebih tinggi dari senyawa alamiah.
Dari Insan Cita Menuju Masyarakat Cita.
Hubungan individu dan masyarakat sebenarnya sangat jelas di atur
dalam konstistusi HMI seperti yang termuat didalam Anggaran Dasar
(Tujuan HMI ). Dari sirulah dirumuskanya kualitas insan cita dan
masyarakat cita menurut HMI. Adapun lima kualitas insan cita tersebut
adalah :
Pertama, kualitas insan akademis. Maknanya ia harus
berpendidikan tinggi,berpengetahuan luas, mampu berpikir rasional dan
kritis. Ia mempunyai kemampuan teoritis dan dan mampu memformulasikan
apa yang diketahui dan dirasakannya.
Kedua, kualitas kinsan
pencipta. Yang dimaksudkan sebagai insan yang jiwanya penuh
gagasan-gagasan kemajuan, selalau mencari perbaikan dan pembaharuan.
Ketiga, kualitas insan pengabdi. Yakni insan yang sadar bahwa tugasnya
Bukan saja hanya mengabdi buat dirinya sendirinya, namun juga membuat sekekelilingnya menjadi baik.
Keempat, kualitas yangbernafaskan islam. Singkatnya insan yang
telah berhasil membentuk unity of personaliti dalam dirinya. Nafas islam
telah membuatnya menjadi pribadi yang utuh tercegah dari split
personality.
Kelima, kualitas insan yang bertanggung jawab terhadap masyarakat adil dan mamur yang di ridhai Allah SWT.
Mengapa HMI sangat berkepentingan untuk mewujudkan kualitas insan
cita ??? jawabnya adalah bagi HMI untuk mewujudkan masyaraklat insan
cita yang merupukan ultimated goal ( tujuan akhir) dari misi HMI hanya
bisa diwujudkan dengan munculnya individu-individu “insan cita” dipentas
peradapan global yang memeliki kualitas-kualitas tertentu. Pada
akhirnya kumpulan akan individu-individu ini akan membentuk masyarakat
cita HMI itu sendiri.
Paralel dengan karakter masyarakat cita
ini adalah konsep masyarakat madani atau juga disebut dengan civil
society yang menjadi cita-cita bangsa indonesia.. dengan demikain apa
yang dicita-citakan HMI untuk mewujudkan masyarakat cita memiliki titik
singgung dengan apa yang menjadi cita-cita bangsa. Jadin dari nsini
jelasnya komitmen HMI terhadap persoalan keislaman, Keindonesiaan,
kemodernan adalah suatu yang tidak perlu diragukan lagi.
TAKDIR DAN IKHTIAR
Apa Yang Disebut Takdir
Makna takdir itu yang paling mendasa adalah dalam kaitanya dengan
suatu ketentuan Ilahi yang tidak dapat dilawan. Kita semua dikuasai
oleh takdir tanpa mampu mengubahnya dan tanpa ada pilihan lain, karena
takdir itu adalah ketetapan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka kita harus
menerimanya saja; yang baik maupun yang buruk. Dan itu merupakan rukun
iman yang keenam. Firman Tuhan yang berhubungan dengan takdir yaitu; QS.
Al-furqan /25:2, QS. Yasin / 36:38, QS. Yasin / 36:39, QS. Al-Qomar /
54:49.
Bentuk-Bentuk Takdir
Paling tidak menurut Komarudin Hidayat, ada tiga bentuk takdir yang dapat diamati pada alam raya ini :
Pertama, Takdir tuhan yang berlaku pada fenomenaalam fisika.
Takdire jenis ini berkaitan dengan hukum atau ketentuan Tuhan yang
mengikat perilaku alam yang bersifat objektif sehingga watak serata
hukum kausalitas alam mudah dipahami oleh manusia. Respon waktu dari
mekanise huku alam ini relatif pendek sehingga lebih mudah untuk
dilihat efeknya. Contohnya adalah obat-obatan yang dimasukan kedalam
tubuh manusia.
Kedua, Takdir yang berkenaan hukum sosial yang
melibatkan manusia untuk hadir didalamya. Banyak rangkaain Al-Quran
yangmenjelaskan kejadian-kejadian yang menimpa umat terdahulu, sehingga
Allah SWT sering kali mengingatkan dengan firmanya, “ apakah kamu tidak
memperhatikan perilaku kaum sebelum kamu”. Maksudnya, kejadian yang
menimpa umat-umat terdahulu memeiliki rasionalitasnya sendiri yang bia
dipelajari oleh generasi selanjutnya. Apabila generasi sekarang ini
brbuat hal yang sama dengan umat terdahulu maka kehancuran akan segera
menimpa generasi sekarang. Takdir jenis ini time responya relatif lebih
panjang di banding jenis yang pertama.
Ketiga, takdir dalam
makna hukum kepastian Tuhan yang berlaku, tetapi time responnya lebih
jauh lagi dan efeknya baru diketahui pada hari kiamat nanti. Ketika
didunia efek dari hubungan sebab akibatnya belum berakhir, sehingga
harus dibuktikan di akhirat.
Yang paling penting jelaskan
disini adalah, takdir atau keharusan universal tersebut bukanlah sebuah
kepastian yang telah ditetapkan oleh tuhan dialam azali yang berlaku
secara individualistik dan kasuistik. Takdir adalah hukum universal yang
ditetapkan Allah dialam ini. Siapa saja yang mengikuti hukum –hukum
universal tersebut, maka ia akan menerima akibatnya, baik itu positif
atau negatif. Diinilah diperlukan ikhtiar dan manusia diberi kebebasan
untuk memilihnya . sebagai contoh, apakah ia akan menjadi kaya atau
tidak, bukanlah suatu ketetapan Allah SWT yang telah pasti sejak alam
azali, melainkan keputusan manusia itu sendiri.
Membebaskan Umat Dari Belenggu Takdir.
Cak Nur dalam satu tulisanya pernah menyatakan bahwa kerja
dalam pandangan islam adalah mode of eksistensi. Harga manusia sangat
ditentukan oleh amal atau kerja yang dilakukanya. Jika ia malakukan
suatu pekerjaan yang baik penuh kesungguhan ia akan mendapatkan balasan
yang baik pula didunia dan akhirat dan justru sebaliknya.
Sampai disini terdapat ajaran yang luhur dalam islam yaitu otonomi
manusia. Kitab suci menegaskan bahwa manusia tidak akan mendapatkan
apa-apa kecuali apa yang ia usahakan sendiri. Al-Qur’an meenyatakan, “
Seseorang yang berdosa tidak akan menanggung dosa orang lain, dan bagi
manusia adalah apa yang ia usahakan “, ( QS. Al-Najm /52 :36-42 ).
Kalaulah manusia tidak mendapatkan apa-apa kecuali yang ia usahakan
sendiri, maka ia tidak boleh memandang ringan setiap kerja yang
dilakukanya. Ia harus memberi makna terhadap kerjanya, sehingga menjadi
bagian intgral dari makana kehidupanya secara menyeluruh. Ia harus
menginsafi bahwa kerja itu sebagi mode of eksistensi dirinya, baik dan
buruk akan membentuk pribadinya.
Kebebasan dan Peradaban
Kebebasan yang dimiliki manusia bukanlah kebebasan tanpa batas.
Kebebasan itu harus di implementasikan dalam rangka memangun peradaban
manusia dan harus berada dalam rangka ajaran-ajaran dasar Al-Qur’an
seperti harus menjujung tinggi keadilan, persamaan kmaslahatan bagi
semua mahluk. Kebebasan itu juga akan dibatsi dengan tanggung jawab
manusia itu sendiri.
Pada saat Allah memberikan kebebasan
kepada manusia sebagai amanah, pada saatnya nanti Allah juga akan
menuntut pertanggungjawaban manusia terhadap amanah yang telah diberikan
. manusia akan disebut zalim dan bodoh ( QS. Al-ahzab/33 : 72 ),
ketika dalam menjalankan tugas kekhalifahanya , sangat dipengaruhi
kecenderungan subyektifnya seperti bahwa nafsu serakah, sombong,
mementingkan dirinya sendiri, dan sebagainya.
Dari pembahasan
diatas, jelasnya pada hakekatnya manusia memeiliki kebebasan
berkjehendak dan kebebasan berbuat. Tidak tepatlah yanggapan yang
mengatakan bahwa manusia mahluk yang tidak bebas yang terbelenggu da;lam
takir Ilahi yang telah ditetapkan sejak alam azali. Tugas manusia
memanfaatkan kebebasan tersebut untuk melahirkan peradaban islami dengan
memanfaatkan ilmu dan teknologi sehingga kekayaan alam menjadi
bermakna.
KEADILAN
Melalui pendekatan tafsir maudu’i
(tematik ) ditemukan bahwa konsep keadilan dalam Al-Qur’an mengandung
makna yang serba melingkupi. Pengertian keadilan itu berkisar pada makna
perimbangan atau keadaan seimbang atau tidak ekstrim, persamaan atau
tidak adanya diskriminasi dalam bentuk apapun, dan penunaian hak kepada
siapa saja yang berhak atau penempatan sesuatu pada temoat yang
semestinya.
Fungsi Pemerintah Dalam Menegakan Keadilan
Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan pemerintah adalah
susunan masyarakat yang terkuat dan berpengaruh. Oleh sebab itu
pemerintah yang pertama berkewajiban menegakan keadilan. Sejak semula
pemerintah didirikan adalah untuk melindungi kepentingan-kepentingan
individu dan mengatur kepentingan masyarakat agar tidak terjadi konflik.
Dalam bahasa politik Islam,signifikasinya negara/pemerintah atau
negara terletak pada pada tugasnya untuk menjamin terlaksananya syari’at
Allah dimuka bumi. Al-mawardi pakar politik islam menyatakan bahwa
fungsi negara adlah untuk memelihara agama dan mengatur urusan dunia.
Ibn Kaldun menyatakan bahwa tujuan negara adalah untuk mengusahakan
kemaslahatan negara dan dunia yang bermuara pada kepentingan akhirat.
Seperti yang telah disinggung dimuka, tugas pemerintah adalah
menegakan keadilan ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Mengapa harus
keadilan ??? jawabnya karena keadilan merupakan kebutuhan instritik
manusia yang bersifat universal. Mengabaikan keadilan sama aja
mengabaikan kemanusiaan yang pada giliranya akan meruntuhkan harkat
kemanusiaan itu sendiri.
Keadilan Ekonomi
Dalam buku
The Rice and Fall Of Economic Justice, MacPherson , menjelaskan yang
dimaksud dengan keadilan ekonomi adalah “ Aturan main tentang hubungan
ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip etika, prinsip-prinsip mana
pada giliranya bersumber pada hukum-hukum alam,hukum Tuhan atau pada
sifat-sifat sosial manusia “.
Keadilan ekonomi pada dasarnya
adalah konsekuensi logis dari konsep persaudaraan islam. Dengan keadilan
ekonomi setiap individu akan mendapatkan haknya sesuai dengan
konstribusi yang diberikan. Keadilan ekonomi paling tidak mengacu pada
dua bentuk. Pertama, keadilan dalam distribusi pendapatan. Kedua,
persamaan (egalitarian ) yangmenghandaki setiap individu harus memiliki
ksempatan yang sama terhadap akses-akses ekonomi.
Mubyarto
membedakan keadilan sosial dan keadilan ekonomi. Keadilan sosial sangat
berkaitan dengan keadilan distribusi atau pembagian hasil yang adil
dsari produksi atau pendapatan nasional itu sendiri. Sedangkan keadilan
ekonomi adalah memberikan kesempatan yang sama pda setiap orang untuk
melakukan produksi.
Berbeda dengan Mubyarto, dakm konsep ekonomi
islam keadilan ekonomi tidak hanya berkaitan dengan produksi tetapi
berhubungan dengan distribusi. Menurut Syafi’i Antonio, pakar ekonomi
islam, kesenjangan pendapatan dalam masyarakat pada hakekatnya
berlawanan dengan semangat serta komitmen islam terhadap persaudaraan
dan keadilan sosial-ekonomi. Kesenjangan harus diatasi dengan cara-cara
yang diajarkan islam. Diantaranya adalah, Pertama, menghapuskan
monopoli, kecualioleh pemerintah untuk bidang-bidang tertentu. Kedua,
menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam proses
ekonomi, baik produksi, distribusi dan sirkulasi, maupun konsumsi.
Ketiga, menjamin basic needs fulfillment (pemenuhan kebutuhan dasar
hidup) srtiap anggota masyarakat . keempat, melaksanakan amanah
al-tafakatul al-itjima’ ( social economic security insurance ) dimana
yang mampu menanggung dan membantu yang tidak mampu.
Konsep
keadilan dalamdistribusi pendapatan dan kekayaan serta konsep keadilan
ekonomi menghendaki setiap individu mendapatkan imbalan yang sesuai
dengan amal da karyanya. Kendati demikian ketidaksamaan pendapatan
dimungkinkan dalam islam karena kontribusi yang berbeda dari
masing-masing individu. Namun yang fundemental adalah bagaimana
seseorang mendapatkan apa yang menjadi haknya sesuai dengan kewajiban
yang telah dipenuhi.
Berkaitan dengan penegakan keadilan ekonomi
seperti yang telah dijelaskan diatas, paling tidak ada tiga bentuk
perilaku manusia yang dapat memicu timbulnya ketidakadilan sosial
ekonomi : pertama, keserakahan manusia. Kedua, menggunakan harta tanpa
perhitungan. Ketiga, menumpuk-numpuk harta.
ILMU PENGETAHUAN
Disamping mencari, menemukan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan
sebagai sebuah usaha untuk memahami ayat-ayat Allah SWT. Dalam rangka
memelihara dan meningkatkan keimanan kepadaNya, tuntuna untuk mencari
ilmu pengetahuan adalah konsekuensi logis dan peran kekhalifahan
manusia.
Adalah tidak mungkin, peran-peran kekhalifahan dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari tanpa penguasaan ilmu
pengetahuan. Lebih penting dari itu, sumberdaya alam yang begitu kaya
tidak akan termanfaatkan secara maksimal tanpa menggunakan ilmu
pengetahuan . jika demikian , iman, ilmu dan amal adalah paralel dan
tidak dapat dipisahkan.
Prespektif Al-Qur’an
Dalam
pemakaian kata ilmu, setidaknya ada tiga makna yang dikandungnya yaitu
pengetahuan , aktivitas dan metode. Ilmu secar4a umum dimaknakan dengan
pengetahuan (knowledge). Namun pengetahuan yang dimaksud adalah
kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (a sistematic body of
knowledge). Sering dinyatakan ilmu adalah pengetahuan yang dihimpun
denga perantaraan metode ilmiah ( all knowledge collected by means of
the scientific menthod )
Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia
rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan
tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis
mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyrakatan, atau keorangan untuk
tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberi penjelasan
ataupun melakukan penerapan.
Lebih jelasnyan batasan ilmu dapat dilihat skema di bawah ini :
Penelitian Pengertian Ilmu ........,
Ø Sebagai proses : aktivitas
Ø Sebagi prosedur : Metode Ilmiah
Ø Seabagi produk : pengetahuan sistematis.
Dalam pandangan alqur’an , ilmu merupakan keistimewaan yang dimiliki
manusia dan menjadikanya unggul tehadap mahkluk-makhluk lain. Ini
tercemin dalam kisah kejadian manusia yang terdapat dalam Al-Qur’an
berikut ini :
dan dia (Allah) mengajarkan kepada adam,
nama-nama (benda-benda) semuanya. Kemudian Dia mengemukakannya kepada
para malaikat secara berfirman, “ Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama
benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar. Mereka (para malikat )
menjawab , Mahasuci entgkau yiada pengetahuan kecuali yang telah engkau
ajarkan. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dari ayat ini jalaslah, bahwa ilmu ( mengetahui nama-nama benda)
yang dimilki adam, merupakan keistimawaan yang tidak dimiliki oleh
mahkluk Allah yang lain. Atas dasar ilmu pula Allah SWT, menberikan
amanah kepada manusia untukl memikul tugas-tugas kekhalifahan.
Guna Ilmu Pengetahuan
Guna ilmu pengatahuan atau sering disebut dengan aspek Aksiologis
(nilai guna) ilmu juga telah menjadi perdepatan panjang dalam sejarah
ilmu itu sendiri. Paling tidak ada dua kutub yang saling berhadapan
berkenaan dengan tujuan ilmu pengetahuan ini. Pertama, golongan yang
berpendapat bahwa “ ilmu pengetahuan untuk ilmu pengetahuan”. Dengan
ungkapan ini mereka ingin menunjukan bahwa ilmu pengetahuan merupakan
tujuan pokok dari orang yang menemukanya sebagaimana paralel dengan
ungkapan “ seni untuk seni dan sastra untuk sastra”. Bagi golongan ini
sebenarya ilmu sangat netral dan bebas nilai . jika ilmu itu menimbulkan
dapak yang tidak baik bagi kemanusiaan, yang salah sebenarnya bukan
ilmunya tetapi pengguna ilmu itu yang tidak memperhatikan nilai-nilai
etika kemanusiaan.
Kedua, tujuan ilmu pengetahuan merupakan alat
untuk menambah kesenangan manusia dalam hidupnya sendiri dan peradaban
manusia secara keseluruhan. Bagi golongan yang kedua ini, ilmu itu tidak
bebas nilai. Di dalam ilmu itu sendiri ada nilai-nilai subjektif yang
dikandugnya . nilai-nilai subjek tersebut adalah rasionalisme dan
materalisme. Bagi golongan ini islamisasi ilmu pengetahuan sesuatu yang
mesti dilakukan, kalu keimanan umay tidak ingin terus menerus dihimpit
desakan rasionalisme dan materalisme.
Perjumpaan Agama dan Ilmu Pengetahuan
Pemikiran al-Ghazali tidaklah dimaksudkan untukmemilah ilmu
dengan maksud jenis ilmu yang satu lebih penting dari yang lain. Hanya
saja generasi sesudahnya keliru dalam memahami pemikiran al-Ghazali
sehingga meninggalkan kesan ilmu akhirat (religius) lebih penting dari
ilmu intelektual. Namun demikian, pemikiran al-Ghazali berimplikasi
terhadap cara pandang yang salah juga merupakan sebuah fakta yang tidak
bisa ditolak. Sebagai contoh, dampak yang sangat tidak positif dari
klarifikasi ini adalah penempatan ilmu menjadi sangat nasionalistik dan
partikularistik. Sejatinya ilmu itu bisa digunakan siapa saja karena
sifatnya yang universal dan netral untuk membangun sebuah peradaban
manusia yang agung.
Dalam hal ini ada ungkapan yang bagus dari Murthadha Muthahari sebagai berikut :
“Agama harus dipahami denan memperhatikan ilmu pengetahuan,
sehingga tidak terjadi pembauran agama dengan mitos. Agama tanpa ilmu
pengetahuan berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, dan tak dapat
mencapai tujuan. Kalau tidak ada ilmu pengetahuan, agama menjadi alat
bagi orang-orang pandai yang munafiq. Ilmu pengetahuan tanpa agama
adalah seperti sebilah pedang tajam ditangahn pemabuk yang kejam. Juga
ibarat lampun ditangan pencuri, yang digunakan untuk membantu si pencuri
mencuri barang yang berharga dimalam hari. Itulah sebabnya sama sekali
tak ada bedanya antara watak dan perilaku orang tak beriman dewasa ini
yang berilmu pengetahuan dan orang tak beriman pada masa dahulu yang
tidak berilmu pengetahuan.
Sejatinya , umat islam saat ini9 tidak
boleh lagi memandang bahwa ilmu agama dan ilmu umum itu berbeda. Seluruh
ilmum hanyalah milik Allah yang kita tuntut untuk mempelajari
.sebagimana uraian-uraian yang lalu , ilmu pengetahuanlah yang akan
membuat tugas-tugas manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi akan
menjadi mudah untuk dilaksanakan.
Daftar Pustaka
Tarigan Akmal Azhari, Islam Mazhab HMI; Tafsir Tema Besar Nilai Dasar Perjuangan (NDP), Medan: Kultura,2007.
Madjid, Nurcholish, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, jakarta: Paramadina, 1995.
Penulis; Add Sujiarto